Senin, 09 Februari 2009

Materi Workshop

MADRASAH ALIYAH SWASTA (MAS) PARADIGMA PALEMBANG
WORKSHOP METODOLOGI PEMBELAJARAN
TANGGAL: 2 – 4 PEBRUARI 2009



MADRASAH ALIYAH SWASTA (MAS) PARADIGMA PALEMBANG
WORKSHOP METODOLOGI PEMBELAJARAN
TANGGAL: 9 – 11 PEBRUARI 2009



MADRASAH ALIYAH SWASTA (MAS) PARADIGMA PALEMBANG
WORKSHOP METODOLOGI PEMBELAJARAN
TANGGAL: 9 – 11 PEBRUARI 2009








Rabu, 21 Januari 2009

BAB I & BAB II

BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman serta kegitan belajar yang menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan (madrasah), baik yang dilaksanakan di lingkungan madrasah maupun di luar madrasah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Rumusan kurikulum di atas masih sangat umum karena pada dasarnya setiap lembaga pendidikan dan pelatihan memiliki karakteristik tersendiri. Misalnya karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan karakteristik Pondok Pesantren. Namun demikian, paling tidak dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan pedoman pokok dalam keberlangsungan proses belajar mengajar di sekolah/madrasah agar dengan kurikulum itu proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Oleh karena itu, dalam merumuskan dan mengembangkan kurikulum harus memperhatikan banyak hal yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat, perkembangan anak didik, potensi daerah, dan radiasi informasi global. Kurikulum yang tidak mengakomodir hal-hal ini akan berakibat fatal baik bagi perkembangan siswa maupun bagi perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri.
Dengan memperhatikan semua hal di atas maka kurikulum pendidikan di madrasah diharapkan dapat disusun menjadi kurikulum terpadu. Lembaganya bernama madrasah tetapi out-putnya tidak hanya sekedar beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berwawasan qur’ani tetapi sekaligus cerdas, terampil, menguasai life skills dan teknologi tepat guna serta berakhlak mulia.
Banyak pakar meyakini bahwa tidak ada kurikulum yang baik, yang ada adalah kurikulum itu baik pada masyarakat tertentu dan untuk era tertentu. Oleh karena itu perubahan kurikulum atau pengembangan kurikulum merupakan suatu keharusan.
Ada beberapa alasan sehingga kurikulum perlu dikembangkan, antara lain sebagai berikut: 1) meningkatkan kualitas pendidikan, 2) mengantisipasi perkembangan Iptek, 3) mengantisipasi perkembangan masyarakat, 4) kurikulum bukan tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan, 5) regulasi pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah pada khususnya, Madrasah Aliyah (MA) Paradigma Palembang sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Melalui KTSP ini madrasah dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan seluruh warga madrasah dengan berkoordinasi kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar madrasah.
Dalam dokumen ini dipaparkan tentang Kurikulum Madrasah Aliyah (MA) Paradigma Palembang, yang secara keseluruhan mencakup: Pendahuluan, Profil Madrasah, Struktur dan Muatan Kurikulum, Kalender Pendidikan serta lampiran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran.






BAB II
PROFIL MADRASAH ALIYAH PARADIGMA
A. Visi
Terwujudnya siswa yang berprestasi dan berakhlak mulia
B. Misi
Menyelenggarakan pembelajaran berbasis nilai.
Menyelenggarakan pembelajaran agama dengan pendekatan keilmuan.
Menyelenggarakan program pendalaman materi untuk mata pelajaran yang di UN- kan.
Menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan (memanfaatkan) teknologi tepat guna (multimedia).
Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler yang dikemas dalam tiga program unggulan:
a. Transformasi Iptek dan Bahasa
b. Menanamkan nilai-nilai Islam dan akhlakul karimah
c. Dakwah bil hal
Menyelenggarakan dan atau mengikutsertakan siswa dalam kegiatan peningkatan mutu (Pesantren Ramadhan, Latihan Dasar Kepemimpinan, dll).
Menyelenggarakan dan atau mengikutsertakan guru/kepala madrasah dalam kegiatan peningkatan mutu (MGMP, Workshop, Diklat, dll).
C. Tujuan
Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Paradigma Palembang memiliki tujuan agar peserta didik dapat : Menjadi muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggung jawab, cinta tanah air, memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
F. Tujuan Mata Pelajaran
( Lampiran 3 Permen 22/2006 ttg SK dan KD pada masing-masing Pelajaran)
Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq
Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan Mata Pelajaran Al-Qur,an dan Hadits
Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits bertujuan agar peserta didik gemar untuk membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.
Tujuan Mata Pelajaran Fiqih
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial, (2) melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Tujuan Mata Pelajaran SKI
1. Memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan Islam kepada para peserta didik, agar ia memberikan konsep yang objektif dan sistematis dalam perspektif sejarah.
2. Mengambil i’tibar, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
3. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan ajaran Islam berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.
4. Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.

Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab
Program pembelajaran Bahasa Arab secara umum memiliki tujuan agar para peserta didik berkembang dalam hal:
1. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik.
2. Berbicara secara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan.
3. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan.
4. Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan.
5. Menghayati dan menghargai karya sastra.
6. Kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisis teks secara kritis.
7. Perbendaharaan kata Arab fushha sebanyak 1500 kosa kata lebih dalam berbagai bentuk kata dan pola kalimat yang diprogramkan meliputi tema tentang kegiatan sehari-hari, kajian keislaman. Rasionalisasi penguasaan 1500 kosa kata tersebut adalah 300 kata pada jenjang Ibtidaiyah dan 700 kata pada jenjang Tsanawiyah, serta 750 kosa kata pada jenjang Aliyah.
8. Dengan penguasaan kosa kata dengan kaidah dan pelafalan yang benar sebagaimana tersebut di atas peserta didik diharapkan mampu berbahasa Arab secara reseftif maupun ekspresif.

Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi informational
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.

Tujuan Mata Pelajaran Fisika
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif
5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tujuan Mata Pelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi
Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri
Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia
Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Tujuan Mata Pelajaran Kimia
Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain
3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat
5. Memahami konsep,prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Tujuan Mata Pelajaran Sejarah
Mata pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

Tujuan Mata Pelajaran Geografi
Mata pelajaran Geografi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan
Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi
Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.

Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi
Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara
2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara
4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional

Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi
Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial
2. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat
3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan Mata Pelajaran Antropologi
Mata pelajaran antropologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami dasar-dasar antropologi
2. Memahami, memecahkan dan menelaah secara kritis dan rasional tentang berbagai fenomena sosial budaya.
Tujuan Mata Pelajaran Seni Budaya
Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Tujuan Penjas, Olahraga dan Kesehatan
Mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Tujuan Ketrampilan
Mata pelajaran Keterampilan vokasional bertujuan agar peserta didik memmiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan membuat berbagai produk kerajinan dan produk teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia
2. Memiliki rasa estetika, apresiasi terhadap produk kerajinan, produk teknologi, dan artefak dari berbagai wilayah Nusantara maupun dunia
3. Mampu mengidentifikasi potensi daerah setempat yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kerajinan dan pemanfaatan teknologi sederhana
4. Memiliki sikap profesional dan kewirausahaan.

E. Standar Kelulusan Kelompok Mata Pelajaran
( Permen 23/2006 SKL hal 6- 13 )

1. Kelompok Agama dan Akhlak Mulia
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
c. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab


2. Kewarganegaraan dan Kepribadian
a. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuBerpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan
c. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
d. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
e. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi
g. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
h. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
i. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
j. Berkarya secara kreatif, baik individual maupun kelompok
k. Menjaga kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
l. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk meningkatkan ketaqwaan dan memperkuat kepribadian
m. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
n. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
o. Menunjukkan apresiasi terhadap karya estetika

3. Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi
a. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
b. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri
c. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri

d. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek
e. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
f. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing
g. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
h. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi
i. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
j. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
k. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.

4. Estetika
a. Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi dan kreasi seni
b. Menunjukkan apresiasi terhadap karya seni
c. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni
d. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok.

5. Jasmani,Olahraga dan Kesehatan
a. Menjaga kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
b. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan potensi lokal untuk menunjang kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
c. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan
F. Standar Kompetensi Lulusan
Untuk mencapai standar mutu pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan secara nasional, kegiatan pembelajaran di sekolah mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan oleh BSNP sebagai berikut ini.
1. Berperilaku Islami yang sesuai dengan perkembangan anak usia sekolah (remaja)
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi

G. Sasaran
Kepala Madrasah dan Para Guru serta dengan persetujuan Komite Madrasah menetapkan sasaran program, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sasaran program dimaksudkan untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.



Sasaran Program Madrasah


Sasaran program tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan strategi pelaksanaan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga madrasah sebagai berikut:
1. mengadakan pembinaan terhadap peserta didik, guru dan karyawan secara berkelanjutan;
2. mengadakan jam tambahan pada pelajaran tertentu;
3. melakukan kerjasama dengan pihak kabupaten dan perusahaan yang ada di wilayah Kep. Seribu untuk membantu pembiayaan bagi peserta didik yang mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi;
4. mengadakan Tadarusan menjelang pelajaran dimulai, kegiatan Jama’ah Yasin setiap Jum’at, Tadabur Alam, peringatan hari besar Islam, dan membentuk kelompok-kelompok pengajian peserta didik;
5. menjalin komunikasi yang baik dengan Dinas Pendidikan dan Olah Raga, LPMP Sumatera Selatan; MDC Sumatera Selatan.
6. kerjasama dengan Yayasan Paradigma, Yayasan Pendidikan Serumpun, Yayasan Primagama, MKKM MAN Sumatera Selatan, MGMP Kota Palembang. Kerjasama ini diarahkan pada peningkatan mutu/hasil belajar siswa melalui Bimbingan Belajar (jam tambahan) baik dalam konteks semesteran, ujian nasional maupun ke pendidikan yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi Umum).
7. perbaikan laboratorium bahasa;
8. membentuk kelompok gemar Bahasa Inggris;
9. membentuk kelompok belajar Matematika;
10. pengadaan buku penunjang;
11. pengadaan komputer;
12. mengintesifkan kelompok belajar sains
13. mengintensifkan komunikasi dan kerjasama dengan orang tua;
14. pelaporan kepada orang tua secara berkala;


A. Kondisi Umum MAS Paradigma
1. Kualitas Pembelajaran
Guru umumnya masih menggunakan pola teacher centered dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga apa yang diharapkan dari system pembelajaran yang efektif belum sepenuhnya tercapai. Kendatipun hasil UN 2004/2005 menempatkan MAS Paradigma pada rangking 7 (tujuh), UN 2005/2006 pada rangking 5 (lima) Se-Sumatera Selatan, tapi hasil tersebut tidak membuat kami berpuas diri, dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas.
2. Kualitas Guru
MAS Paradigma memiliki guru dengan kualifikasi pendidikan yang cukup baik. Dari 24 orang guru, ada 4 orang berlatar belakang pendidikan S.2, 18 orang S.1 dan 2 orang D.III. Namun demikian, MAS Paradigma masih memiliki sejumlah guru yang mismatch (salah kamar). Sehingga ada guru tamatan S.1 Tarbiyah/PAI mengajar mata pelajaran Sejarah, S.1 Fakultas Syari’ah yang mengajar Kewarganegaraan, D.3 Poltek Kimia mengajar mata pelajaran Geografi. Keadaan ini diduga menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya kegiatan belajar mengajar di MAS Paradigma, di samping mismatch, pembelajaran tersebut juga tidak dilengkapi dengan perangkat pembelajaran dan metode pengajaran yang memadai. Menyongsong pemberlakuan Kurikulum 2006 (Standar Nasional Pendidikan), keadaan ini sangat harus untuk ditingkatkan.
Pada saat ini (tahun ajaran 2008/2009) ada beberapa orang guru yang sedang mengikuti program Kualifikasi S.1 dan Pascasarjana (S.2 dan S.3). Ada dua orang yang mengikuti kualifikasi S.1. Kemudian, dua orang sedang mengikuti program S.2 di Universitas Tridinanti Palembang, dan 1 orang sedang mengikuti S.3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Diharapkan pada tahun 2010 guru-guru yang sedang mengikuti tugas belajar ini dapat selesai sehingga MAS Paradigma akan memiliki guru dengan latar belakang pendidikan S.2 enam orang, S.3 satu orang dan selebihnya (16 orang ) S.1.







Keadaan Guru MAS Paradigma

3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah staf dan atau pegawai yang tenaganya merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan visi madrasah. MAS Paradigma belum memiliki tenaga TU yang berpendidikan sesuai dengan pekerjaannya. Latar belakang pendidikan Tenaga TU tidak sesuai dengan bidang kerjanya sebagai TU. Keadaan ini di duga menjadi salah satu sebab kurang baiknya administrasi MAS Paradigma. Walaupun demikian TU yang mismatch (salah kamar) ini memiliki semangat kerja yang tinggi dan loyal terhadap profesinya.
Keadaan Pegawai

4. Keadaan Siswa
Syukur alhamdulillah, keadaan (jumlah) siswa MAS Paradigma Palembang dari tahun ke tahun terus meningkat. Berikut dikemukakan keadaan siswa 3 (tiga) tahun terakhir:



5. Persentasi Lulusan & Peringkat Se Sumatera Selatan


6. Layanan Belajar












Kamis, 15 Januari 2009

Ekskul MA Paradigma 2

















































































































































































Kamis, 08 Januari 2009

REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI BIROKRASI
DAN AKUNTABILITAS MADRASAH

Oleh: Drs. H. Mgs. Nazarudin, MM
Kepala MA Paradigma Palembang


Abstrak: Posisi madrasah di tengah dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia sesungguhnya lebih dominan ketimbang sekolah umum lain. Madrasah tidak hanya menyiapkan generasi muda muslim sebagai generasi yang berilmu, terampil tetapi juga sekaligus beriman dan berakhlak mulia. Sementara indikator kualitas antara lain adalah adanya integrasi antara ilmu, iman dan amal. Apa yang disajikan di SMP atau SMA juga disajikan di M.Ts atau Madrasah Aliyah. Tetapi apa yang diberikan di M.Ts atau Madrasah Aliyah belum tentu disajikan di SMP atau SMA. Jadi madrasah sesungguhnya merupakan satu lembaga pendidikan yang kompleks. Persoalannya terletak pada keseriusan, baik manajemen madrasah atau pun jajaran birokrasi yang nota bene bertanggung jawab dalam ”ngurusin” madrasah. Tulisan ini membahas tanggung jawab madrasah dan pihak birokrasi dalam meningkatkan mutu baik out put (sumber daya manusia yang di didik di madrasah) maupun pengelolaan madrasahnya itu sendiri.

Kata Kunci: Birokrasi, Akuntabilitas Madrsah dan Kualitas Sumber Daya Manusia


Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sangat mahal. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas rata-rata warganya. Hal ini terbukti dari adanya banyak negara yang sekalipun miskin sumber daya alam, tetapi GNP-nya sangat tinggi, karena manusia-manusia di dalam negara tersebut berkualitas. Misalnya Korea Selatan yang pada tahun 1945 sama miskinnya dengan Indonesia, tetapi saat ini GNP-nya berlipat-lipat ganda dari GNP Indonesia; apalagi Jepang.
Soeharsono Saqir (1986:316) dalam hal ini menyatakan bahwa: “Terlepas dari pandangan hidup, latar belakang sejarahnya, maka banyak bangsa yang membuktikan diri dapat menjadi bangsa yang maju karena meningkatkan kualitas manusianya, meskipun mereka miskin dengan kekayaan alam”.
Keberhasilan dua negara karib dimaksud di atas paling tidak membuktikan bahwa kualitas manusialah yang menjadi kunci sukses kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, tepat sekali pendapat yang menyatakan bahwa manusia merupakan asset yang paling bernilai; itu jika manusianya prestatif. Jika tidak maka ia hanya akan menjadi beban bangsa.
Sumber daya manusia berkualitas muncul dari lembaga pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan yang berkualitas adalah lembaga pendidikan yang dikelola secara profesional dan dengan komitmen yang tinggi dari semua komponen pendidikan tersebut. Sukses Jepang sebagai negara industri maju terkemuka di dunia diakui oleh banyak pihak merupakan bukti nyata dari system pendidikannya yang unggul (John Vaizer, 1992:97).
Salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas adalah madrasah. Karena tidak sedikit orang tua yang memilih madrasah sebagai lembaga pendidikan bagi anak-anak mereka. Menurut Firdaus (Direktur Pendidikan Madrasah Departemen Agama RI., 2006): “Hampir 20% dari 6 juta anak usia sekolah di negeri ini berada dalam (mengikuti) proses pendidikan di Madrasah”.
Untuk Provinsi Sumatera Selatan, menurut Ridwan (Kepala Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam, 2007), bahwa jumlah anak usia sekolah yang berada di madrasah pada tahun ajaran 2007/2008 adalah: 118.887 jiwa.



Tabel 1. Jumlah Siswa Madrasah se Sumatera Selatan, 2007/2008



Angka 118.887 merupakan jumlah yang relatif besar, dan di tangan madrasah masa depan mereka dipertaruhkan. Konsekuensinya, madrasah bertanggung jawab mengupayakan agar mereka menjadi manusia Indonesia yang cerdas, baik intelektual, spiritual maupun emosional. Harapan ini menjadi tidak rasionil manakala di sisi lain ditemukan bahwa madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam hingga hari ini masih menjadi “sekolah alternatif” yang dihitung tetapi tidak diperhitungkan, karena kualitas lulusan madrasah diyakini belum memiliki keunggulan kompetitif dengan sekolah formal lainnya.
Permasalahannya adalah bagaimana profil SDM berkualitas itu? Sejauhmana kesiapan madrasah dalam mencetak SDM berkualitas? Jawaban dari pertanyaan inilah yang ingin dibahas dalam makalah ini.
MAKNA KUALITAS
Kata kualitas dapat dipadankan dengan kata mutu. Kata kualitas dalam bahasa Indonesia merupakan alih bahasa dari bahasa Inggris: quality. (Untuk bahasan selanjutnya akan lebih sering digunakan kata “kualitas” dari pada kata “mutu”). Makna ini mengacu kepada derajad atau tingkat sesuatu produk atau layanan yang dihasilkan melalui suatu proses. Oleh karena itu mendiskusikan makna kualitas harus melihat dua dimensi yaitu proses dan produk.
Kualitas adalah puncak dari sebagian besar agenda kegiatan suatu lembaga dan peningkatan kualitas merupakan tugas utama setiap lembaga. Namun demikian, disamping pentingnya kualitas itu bagi lembaga, banyak orang berpendapat bahwa kualitas merupakan konsep yang rumit, tidak mudah didefinisikan, dan sulit diukur. Kualitas memiliki ciri multifaset dan multidimensi.
Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa makna kualitas itu mengalami evolusi. Dinamika evolusinya ditentukan oleh berbagai factor: intern dan ekstern. Menurut Waspodo (2003), paling tidak ada dua konsep kualitas yang sering muncul dalam diskusi akademik, yaitu kualitas sebagai konsep absolut dan konsep relatif. Sebagai konsep absolut, kualitas sama dengan hakiki kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Ia adalah konsep ideal yang tidak dapat dikompromikan. Dalam konsep absolut ini sesuatu yang memperlihatkan berkualitas adalah yang memenuhi standar atau criteria tertinggi yang tidak dapat dilampauinya. Produk-produk berkualitas adalah sesuatu yang diproses secara sempurna yang tidak memperhitungkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Ia merupakan sesuatu yang berharga dan menunjukkan prestise, wibawa, gengsi atau martabat pemiliknya. Kelangkaan dan mahalnya harga barang itu merupakan dua ciri kualitas absolut ini.
Pfeffer dan Coote (dalam Siswoyo Haryono, 2005: 76), berpendapat bahwa makna kualitas absolut dapat ditamsilkan dalam ungkapan: “Sebagian besar orang menginginkan, akan tetapi hanya sedikit yang dapat memilikinya”.
Sebagai konsep relatif, kualitas bukanlah sebagai atribut dari produk dan servis atau layanan, tetapi sesuatu yang menggambarkan tentang kualitas. Sesuatu dapat dikatakan berkualitas bila produk atau layanan dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk itu. Kualitas bukan akhir dari dirinya, akan tetapi alat yang digunakan untuk menetapkan berdasarkan atas standar yang ditetapkan. Kualitas produk atau pelayanan tidah harus mahal dan eksklusif. Merekan mungkin indah, tetapi tidak perlu harus begitu. Mereka tidak harus spesial atau khusus. Merekan mungkin biasa-biasa saja dan sangat akrab dengan kita. Mereka harus memenuhi standar sebagaimana ditentukan dan memenuhi harapan pelanggan yang mengharapkannya.
PROFIL SDM BERKUALITAS
Menurut Abraham Maslow (dalam Sirozi, 2004:136), sumber daya manusia berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu mengaktualisasikan diri, yaitu yang memimiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Dapat menerima dirinya, orang lain, dan lingkungan sekitar.
2. Berpandangan realistic
3. Tidak bersikap pasrah (pasif)
4. Berorientasi pada problem-problem eksternal, bukan pada dirinya.
5. Mengapresiasi kebebasan dan kebutuhan akan spesialisasi.
6. Berkepribadian independen dan bebas dari pengaruh orang lain.
7. Mengapresiasi segala sesuatu secara progresif, tidak terjebak pada pola-pola baku.
8. Integratif dan akomodatif terhadap semua kalangan.
9. Hubungan dengan orang lain sangat kuat dan mendalam, bukan sekedar formalitas.
10. Arah dan norma demokratisnya diliputi oleh sikap toleran dan sensitivitasnya.
11. Tidak mencampuradukkan antara sarana dan tujuan.
12. Gemar mencipta, berkreasi, dan menemukan penemuan-penemuan dalam skala besar.
13. Menentang ketaatan dan kepatuhan buta terhadap budaya.
14. Berjiwa riang secara filosofi, tidak bermusuhan.
Adapun Karel Rogerz (dalam Sony G, 1973: 13-14), menjelaskan sumber daya manusia berkualitas adalah yang memiliki kepribadian seimbang, yaitu:
1. Bersikap terbuka, menerima berbagai pengalaman, dan berusaha memahami perasaan-perasaan internalnya.
2. Hidup secara eksistensialistik, yakni memiliki kepuasan batin bahwa tiap saat ia menginginkan pengalaman baru. Ini berarti memiliki perasaan internal bahwa ia bergerak dan tumbuh.
3. Dalam struktur keanggotanya, ia menemukan hal yang dipercaya untuk mencapai tingkah laku yang paling banyak memberikan kepuasan dalam tiap kondisi nyata. Ia melakukan apa yang dirasakannya benar dalam konteks kekinian. Ia berpegang pada pembentukan totalitas dan komprehensif pada dirinya untuk mengarahkan tingkah laku sesuai pengalaman.
Sedangkan Erich Fromm (dalam Mursi 1997:47-49) mengidentifikasi kualitas melalui lima jenis kepribadian.
1. Kepribadian pasrah dan pasif
2. Kepribadian verted intrest
3. Kepribadian posesif
4. Kepribadian berorientasi pasar
5. Kepribadian produktif
Lima jenis kepribadian ini akan dijelaskan secara garis besar dalam uraian berikut ini:
1) Kepribadian pasrah dan pasif
Pemilik kepribadian ini yakin bahwa apapun yang diinginkannya harus tercapai tanpa usaha atau kegiatan untuk memperolehnya dan harus diperolehnya dengan cara pasif dan pasrah.
2) Kepribadian verted intrest
Pemilik kepribadian ini berusaha memperoleh segala sesuatu dari orang lain, baik dengan cara tipuan maupun kekerasan, dan menganggap semua orang sebagai sasaran baginya.
3) Kepribadian posesif
Pemilik kepribadian ini suka menyimpan segala sesuatu yang dia peroleh. Ketengan batinnya dan ketentraman hatinya tergantung pada simpanan dan tabungannya. Dia senantiasa melestarikan miliknya dan merasa bahwa membelanjakan sesuatu akan mengancam hidupnya. Biasanya dia kikir harta, pikiran dan perasaan. Baginya cinta adalah memiliki.
4) Kepribadian berorientasi pasar
Kepribadian ini menyerupai kepribadian penjual. Pemilik kepribadian ini merasa bahwa kepribadiannya dapat diperjualbelikan, dan terpengaruh oleh tuntutan eksternal yang berubah-ubah. Menurutnya orang yang sukses adalah yang bernilai jual.
5) Kepribadian produktif
Seseorang akan memiliki kepribadian produktif apabila dia mampu mengembangkan potensi. Dia mampu berpikir bebas dan kritis. Dia merasa, mengindra lingkungan sekitar dan mempengaruhinya, menghormati diri dan sahabat-sahabatnya, mengupayakan kelayakan-kelayakan hidup dengan prinsip keseimbangan, yakni tanpa depresi dan stress, serta menikmati pekerjaan alamiah dan seni.
TANGGUNG JAWAB MADRASAH
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa “Hampir 20% dari 6 juta anak usia sekolah di negeri ini berada dalam (mengikuti) proses pendidikan di Madrasah (Departemen Agama RI., 2006:1). Angka 20% tersebut adalah angka yang besar. Jika tidak dikelola dengan baik oleh madrasah maka mereka hanya akan menjadi beban bangsa yang tidak jelas nasibnya karena tidak memiliki kompetensi yang relevan dengan zamannya. Mereka hanya dihitung tetapi tidak tidak diperhitungkan. Oleh karena itu madrasah diharapkan dapat ditata, dikembangkan secara professional (jangan asal jalan). Harapan ini ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dengan eksistensi madrasah, tidak hanya kepala madrasah atau guru-guru tetapi termasuk para pejabat Departemen Agama dari Pusat hingga Kandepag Kota/Kabupaten.
Langkah-langkah yang perlu segera direalisasikan oleh madrasah dalam kaitannya dengan peningkatan mutu madrsah yang dibuktikan dengan out put yang berkualitas adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas Proses
Untuk meningkatkan mutu madrasah, maka upaya yang paling efektif dengan cara peningkatan akuntabilitas proses pendidikannya. Akuntabilitas proses diharapkan benar-benar mampu menjamin madrasah yang dapat menjaga dan meningkatkan mutunya secara progresif dan terus menerus. Mutu disini tidak hanya menyangkut masalah isi saja, melainkan juga kesesuaian metodologi pembelajaran.
2. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan aspek penting lainya untuk menentukan kualitas pendidikan. Selama ini di madrasah belum sepenuhnya menempatkan para professional secara memadai untuk menunjang kegiatannya. Dengan kata lain bahwa para personil madrasah yang professional merupakan tumpuan keberhasilan suatu system yang berkualitas.
3. Meningkatkan Anggaran Biaya
Berkenaan dengan pembiayaan madrasah, maka perlu upaya sistimatis dan terprogram untuk memperjuangkan anggaran pendidikan lebih besar dari keadaan sekarang, sehingga pos-pos pengeluaran untuk kepentingan peningkatan mutu madrasah dapat terpenuhi secara baik, seperti pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang sampai saat ini masih belum memenuhi harapan. Pemerataan dan keadilan dalam alokasi anggaran pendidikan diharapkan mampu mendorong pemerataan dalam mutu dan efisiensi pendidikan.
Selain dana-dana pemerintah, madrasah sudah harus memikirkan untuk memiliki sumber dana mandiri permanent. Artinya, madrasah sudah harus memiliki unit-unit usaha yang dikelola dari dan untuk masyarakat madrasah itu sendiri. Omset bulanan dari unit-unit usaha ini tidak mustahil bisa melebihi jumlah bantuan yang selama ini disubsidi oleh pemerintah, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah (M.Ts) Pembina Jakarta, Madrasah Tsanawiyah (M.Ts) Negeri 2 Malang atau Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang dan masih banyak lagi sekolah atau madrasah yang mampu survive dengan sumber dana mandiri dan permanent dalam arti tidak sepenuhnya menggantung harapan pada bantuan pemerintah.
4. Meningkatkan Peranserta Masyarakat
Menyadari akan pentingnya peranserta masyarakat dalm peningkatan mutu madrasah, maka peranserta masyarakat haruslah dimaknai secara luas, yang tidak hanya memberikan kontribusi secara financial yang sebanyak-banyaknya bagi kepentingan madrasah seperti yang dilakukan Komite Madrasah atau BP3 selama ini, namun juga sama pentingnya yaitu keterlibatan masyarakat dalam memerankan dirinya sebagai pengendali kualitas madrasah.
5. Evaluasi Diri
Istilah evaluasi diri saat ini dipakai pada perguruan tinggi untuk mengukur kemajuan dan apa yang telah dicapai dan aspek-aspek lainnya yang perlu diperbaiki. Evaluasi diri ini merupakan keadaan dimana kita dapat melihat tingkat keberhasilan proses pendidikan yang berlangsung serta kelemahannya sehingga dapat segera diperbaiki.
KESERIUSAN BIROKRASI
Meningkatkan kualitas out put – proses – input tidak dapat hanya dibebankan kepada pihak madrasah (Kepala madrasah, guru, pegawai atau orang tua siswa). Pihak-pihak terkait seperti para pejabat Departemen Agama dari Pusat hingga Kandepag Kota/Kabupaten harus memiliki visi dan misi yang sama, komitmen (keseriusan yang tinggi) dalam mewujudkan madrasah yang bermutu. Keseriusan ini dapat dibuktikan melalui:
1. Sistem rekrutmen pegawai dan guru yang bersih (bebas KKN),
Guru sebagai bagian dari kerangka system pendidikan dituntut untuk selalu mengembangkan keterampilan mengajar yang sesuai dengan kemajuan zaman dan lingkungan lokal dimana proses pendidikan itu dilaksanakan. Jika guru bersikap statis (merasa cukup dengan apa yang sudah ada) maka proses pendidikan itu pun akan statis bahkan mundur. Oleh karena posisi guru yang demikian itulah maka para ahli, antara lain Muhammad Ali (1996, hlm. 4), menyatakan bahwa “guru adalah komponen pendidikan yang memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar”. Bahkan Mukhtar Buchori (dalam Abudin Nata, 2001, hlm. 245) menyatakan bahwa “yang dapat memperbaiki situasi pendidikan pada akhirnya berpulang kepada guru yang sehari-hari bekerja di lapangan”.
Demikian peranan penting guru dalam kerangka system pendidikan yang menentukan bagi berhasil atau gagalnya suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, kehadiran seorang guru haruslah seorang yang memang professional dalam arti memiliki keterampilan dasar mengajar yang baik, memahami atau menguasai bahan dan memiliki loyalitas terhadap tugasnya sebagai guru. Tetapi justru disinilah problematika yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Sumatera Selatan, dimana lebih dari 60% guru memiliki predikat under kualifide. Keadaan ini mungkin akibat dari sistem rekrutmen guru dan pegawai yang kurang baik yang pernah terjadi di Sumatera Selatan.
Sebagaimana dimaklumi, dahulu kala dan ini bukan rahasia lagi bahwa untuk lulus menjadi PNS harus memilik IP yang tinggi. Namun sayangnya IP tersebut bukan Indeks Prestasi tetapi Inpestasi Pribadi (Kekayaan). Ada juga yang mengatakan IP = Itu Keponakannya (di Palembang IP = Kakak atau adik ipar). Departemen Agama harus bersih dari permainan ini. Banyak guru honor yang berpengalaman dan kompeten terpaksa sampai tua menjadi guru honor atau GTT karena mempertahankan integritas pribadi/idealisme dan atau secara financial tidak mampu bersaing. Banyak juga diantara mereka yang takut masuk neraka sebab mereka pernah menerima pelajaran bahwa yang nyogok dan yang disogok sama-sama masuk neraka. Lebih ironis lagi mereka yang honor di swasta. Jika sudah lewat dari 35 tahun maka mereka dengan sangat menyesal tidak diperkenankan lagi untuk menjadi kontestan. Untuk mereka yang berusia di atas 35 tahun boleh mengikuti tes dengan syarat memiliki surat magang negeri (Wiyatabhakti yang ditandatangani pejabat negeri). Sedangkan peluang untuk honor di negeri sangat terbatas.
Sesungguhnya, guru-guru honor swasta tidak kalah kualifidenya dengan guru-guru yang honor di negeri. Dan apakah mengajar di swasta tidak termasuk sebagai suatu pengabdian pada Negara, padahal yang mendidik dan yang dididik sama-sama anak bangsa. Contoh-contoh kasus di atas semoga tidak akan pernah terjadi lagi.
2. Penyeleksian dan pengangkatan kepala madrasah secara objektif
Untuk menjadi kepala madrasah harus lulus Tes Potensi Akademik (TPA) dan Diklat Kepala Madrasah, itu kebijakan yang cantik dan perlu didukung Tetapi peluang untuk berkolusi atau pun nepotisme (Nepotisme kedaerahan, nepotisme karena satu organisasi) masih tetap terbuka lebar.. Jika Departemen Agama dalam hal ini Kandepag Kota/Kabupaten dan Kanwil serius dalam mengelola madrasah dan betul-betul ingin melihat madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bermutu maka penyeleksian dan pengangkatan kepala madrasah harus bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme.
Sebelum pengangkatan terlebih dahulu harus ada pemberhentian. Dalam proses permberhentian ini yang namanya KKN tetap saja dapat dikembangkan. Kepala Madrasah yang “dekat” (Dekat dalam makna lahir dan batin: Dekat rumah, teman dekat, pen-dekat-an, dll) dengan pejabat yang berwenang akan tetap selamat dari pencopotan meski segudang kesalahan ia meiliki. Mudah-mudahan kasus-kasus seperti ini sudah tidak ada lagi karena masing-masing pihak telah memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan madrasah yang berkualitas. Jika masih terjadi berarti upaya mewujudkan madrasah yang berkualitas masih separuh hati.
3. Penempatan pegawai (Kabid/Kasi) yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
Seorang pegawai dengan latar belakang pendidikan S.1 Fakultas Syari’ah dan sedetikpun tidak pernah berdiri di depan kelas rasaya tidak tepat jika diletakkan di Bidang Mapenda (Madrasah dan Pendidikan Agama), apalagi sebagai Kepala Seksi Kurikulum atau Kepala Seksi Evaluasi Supervisi. Jadi, tempatkanlah seseorang pada posisi yang sesuai dengan bidang keahliannya.
4. Pembinaan SDM dalam bentuk penataran atau pelatihan yang profesional
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, dalam hal ini guru atau pegawai adalah dengan menyelenggarakan workshop, pelatihan atau penataran. Dari kegiatan seperti ini diharapkan guru dan pegawai menjadi lebih kualifide dan akhirnya berdampak pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan di Madrasah. Kegiatan-kegiatan ini (workshop, pelatihan atau penataran) setiap tahun sudah diselenggarakan dalam frekuensi yang sangat padat. Biasanya dari bulan Mei hingga Oktober Bidang Mapenda Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Selatan disibukkan oleh kegiatan-kegiatan seperti itu.
Ada beberapa kelemahan yang dijumpai di dalam kegiatan dimaksud di atas. Pertama: Kegiatan itu jarang sekali (atau mungkin tidak pernah) di monitoring dan evaluasi, sehingga tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas guru dan pegawai. Kedua: Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan tidak sebagaimana mestinya, terutama dalam hal jadwal kegiatan. Di kalangan peserta pelatihan hal semacam itu dikenal dengan istilah “jamak qoshor”.
Istilah jamak qoshor, ternyata tidak hanya ada dalam terminology ibadah dalam Islam (shalat) tetapi ada juga pada kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan penataran. Pelatihan angkatan 1 dan 2 digabung dalam satu ruang dengan jumlah hari yang seharusnya 10 menjadi 7 bahkan 5, itulah jamak qoshor dalam pelatihan. Berapa banyak dana yang tersimpan (untuk tidak mengatakan menguap) dari pelatihan yang jamak qoshor ini. Kemana dan dimanfaatkan untuk apa dana sisa tersebut? Wallahu a’lam bishowab. Jika ini yang terjadi, maka selogan meningkatkan kualitas madrasah baik dalam iptek maupun imtak tak lebih dari omong kosong belaka.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa SDM berkualitas itu adalah SDM yang mampu membaca potensi diri, orang lain dan lingkungan sekitar kemudian mengaktualisasikannya dan mengambil hal-hal yang positif dalam kehidupannya. Sifat-sifat yang melekat padanya antara lain: cekatan, informatif (menerima hal-hal baru) dan inisiatif (tidak menunggu tetapi mengejar, tidak diam tetapi melakukan sesuatu), kreatif (memiliki banyak gagasan dan mampu menuangkannya dalam bentuk lisan, tulisan dan perbuatan), ulet (tidak mudah menyerah) serta mampu menggunakan sarana yang ada. Hanya saja profil SDM berkualitas ini relatif mengabaikan aspek-aspek ruhaniah. Padahal faktor ruh merupakan elemen inti dari kepribadian manusia.
Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam diharapkan dapat mewujudkan SDM berkualitas yang utuh baik dari aspek jasmani maupun ruhani. Sehingga tamatan madrasah itu tidak hanya cerdas inlektual, tetapi juga cerdas spiritual dan emosional selain memiliki juga kekuatan-kekuatan lainnya yang bersifat fisik. Untuk itu, Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Selatan dan atau Bidang Mapenda perlu melakukan langkah-langkah strategis antara lain: Sistem rekrutmen dan atau mutasi pegawai dan guru yang bersih (bebas KKN), Penyeleksian dan pengangkatan kepala madrasah secara objektif, Penempatan pegawai (misalnya di level Kepala Seksi) yang kompeten dan sesuai dengan latar belakang pendidikan, Pembinaan SDM dalam bentuk penataran atau pelatihan yang professional.




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid Mursi, SDM Yang Produktif; Pendekatan al-Qur’an dan Sains, Gema Insani Press, Jakarta, 1997.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta, Gaung Persada Press, 2006.

Muhammad Sirozi, Agenda Starategis Pendidikan Islam, AK Group Yogyakarta, 2004.

Vincen Gasversz, Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Siswoyo Haryono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Tridinanti Press, Palembang, 2005.

Soeharsono Saqir dalam AW Wijaya, Manusia Indonesia; Individu Keluarta dan Masyarakat, Penerbit Akademika, Jakarta, 1986.

Waspodo, Prospek Total Quality Management di Era Otonomi Pendidikan, Makalah Workshop Manajemen Kepala Madraah, Palembang, Kanwil Dep. Agama Propinsi Sumatera Selatan, 2003.

























STANDAR PROSES DAN MANAJEMEN

STANDAR PROSES DAN MANAJEMEN
KINERJA GURU

Anton Bagio, S.Pd.I., MM
Kepala MTs Paradigma Palembang


Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang berfungsi sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu meliputi 8 (komponen) yang strategis guna menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu dari delapan komponen SNP dimaksud di atas adalah standar proses.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan, berdasarkan standar proses, diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Proses pembelajaran kemudian diatur lagi dengan standar-standar lainnya baik yang berkenaan dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, pengawasan pembelajaran dan lain-lain yang semua itu bermuara pada meningkatnya mutu pendidikan.
Standar perencanaan pembelajaran meliputi: tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar. Pelaksanaan pembelajaran memperhitungkan: jumlah siswa perkelas, beban mengajar maksimum per-pendidik, rasio buku-murid, rasio peserta didik – pendidik. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan dalam bentuk: tes tertulis, tes praktek, pengamatan/observasi, penugasan perorangan dan/atau kelompok. Pengawasan pembelajaran meliputi: pemantauan, supervisI, evaluasi, pelaporan, pengambilan langkah tindak lanjut. Standar perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Badan mandiri, independen dan profesional, yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pencapaian Standar Nasional Pendidikan. BSNP dibentuk berdasarkan: Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 041P/2005. Secara struktural BSNP bertanggungjawab kepada Menteri Pendidikan Nasional
BSNP terdiri dari pakar berbagai bidang keilmuan, seperti psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, manajemen pendidikan dan bidang-bidang lain yang relevan, yang memiliki wawasan, pengalaman dan komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kemudian BSNP terdiri dari 15 anggota dengan masa bakti 4 tahun. BSNP dipimpin oleh seorang Ketua dan Sekretaris yang dipilih oleh anggota. BSNP didukung oleh sebuah sekretariat beranggotalan 11 orang dan dipimpin oleh pejabat Depdiknas yang ditunjuk oleh Menteri. Dalam melaksanakan tugasnya, BSNP dapat membentuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan.

Untuk tataran teoritis, standar-standar di atas sudah lebih dari cukup. Tetapi dalam tataran praktis standar-standar ini tidak menutup kemungkinan sulit dijalankan sebagaimana diharapkan disebabkan karena sumber daya manusia (misalnya: guru) yang ada di lapangan masih belum cukup piawai untuk menerapkannya. Artinya, kinerja guru sehubungan dengan implementasi standar proses masih dipertanyakan. Untuk itu terlebih dahulu diperlukan manajemen yang dapat membangun kinerja guru.
Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja guru. Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai: ”Sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya”. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
Selanjutnya, Robert Bacal (2001) mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada periode tertentu?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”. Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.













MANUSIA BERKUALITAS MENURUT AL-QUR’AN

MANUSIA BERKUALITAS MENURUT AL-QUR’AN

MARWADI, S.Sos.I.
Guru MTs Paradigma Palembang

Banyak istilah yang digunakan al-Qur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah dalam sosok yang paling canggih, di antaranya kata manusia beriman [al-Hujarat (49 : 14, dll] dan beramal saleh (QS. at-Tiin (95) : 6, dll), diberi Ilmu (al-Isra (17) : 85, Mujadalah : 11, Fathir : 28, dll), alim (al-Ankabut (29) : 43, dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah (2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr (89) : 27-28, dll), hati yang tenteram (al-Ra'd (30) : 28, dll), kaffah (al-Baqarah (2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah (2) : 2, dll), taqwa (al-Baqarah (2) : 183, dll) , mu'minin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin, yang kemudian diberi keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya. Istilah-istilah tersebut saling berkaitan dan saling menerangkan. Jadi, apabila mengambil salah satu istilah dari istilah-istilah yang digunakan al-Qur'an, maka deskripsinya akan saling melengkapi dan merupakan ciri bagi yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa konsep dan karakteristik manusia berkualitas tidak tunggal, akan tetapi komprehensif dan saling melengkapi.
"Jelaslah bahwa manusia berkualitas hendaknya menampilkan ciri sebagai hamba Allah yang beriman, sehingga hanya kepada Allah ia bermunajah, serta memberikan manfaat bagi sesamanya. Sekirannya lebih dalam ditelusuri, kedua ciri utama itu kita dapatkan pada manusia taqwa, sehingga manusia berkualitas dapat pula diartikan sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa" [M.D.Dahlan,1990:7]. Artinya manusia yang berperilaku tawakkal, pemaaf, sabar, muhsin, mau bersyukur, berusaha meningkatan kualitas amalnya dan mengajak manusia lain untuk beramal. Untuk itu, keutamaan manusia berpangkal pada adanya iman kepada Allah dan keimannya diwujudkan dalam perilaku yang memberi manfaat bagi masyarakat, berilmu pengetahuan, dan beramal saleh. Djamaludin Ancok [1998:12], mengutip Hartanto [1997], Raka & Hendroyuwono [1998], ada empat kapital, yaitu kapital intelektual [intelect capital], kapital sosial [social capital], kapital lembut [soft capital], dan kapital spritual [spritual capital]. Empat kapital yang dikemukan ini juga menggambar ciri anusia berkualitas. Maka, karakteristik yang dikemukakan al-Qur'an, menurut hemat pemakalah menjadi tolak ukur kualitas manusia, karena karakteristik tersebut diturunkan dari konfigurasi nilai-nilai yang dikemukakan al-Qur'an yang hadir bersama dengan kelahiran manusia ke dunia, dan menjadi sifat penentu dalam pembentukan kepribadian manusia, yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan, kualitas amal saleh, dan kualitas sosial.
1. Kualitas Iman
Keimanan merupakan kebutuhan hidup manusia, menjadi pegangan keyaninan dan motor penggerak untuk perilaku dan amal (aktivitas kerja) manusia. Iman sebagai syarat utama dalam mencapai kesempurnaan atau insan utama, dan merupakan langkah awal untuk menuju keshalihan dan mewujudkan perilaku, amal saleh dan pengorbanan manusia bagi pengabdian kepada Allah, karena iman juga sangat terkait dengan amal saleh. Dalam keadaan beriman, manusia dapat memperlihatkan kualitas perilaku, kualitas amal salah, dan kualitas sosialnya yaitu ketulusan dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat luas. Manusia akan berperilaku, bekerja, dan bermasyarakat sesuai dengan fitrah kejadiannya yang condong kepada hanief. Manusia berkualitas akan berjuang melawan penindasan, tirani, dan tidak membiarkan kediktatoran atau tindakan sewenangwenang. Karena iman memberikan pula kedamaian jiwa, kedaimaian berperilaku, dan kedaiaman beramal saleh.
2. Kualitas Intelektual
Kualitas intelektual sudah menjadi potensi awal manusia, karena ketika manusia diciptakan, "Allah mengajarkan kepada Adam segala nama benda" [QS.al-Baqarah (2):31]. Untuk itu, manusia sejak lahir telah memiliki potensi intelektual, kemudian potensi intelektual ini dikembangkan. Kualitas intelektual merupakan perangkat yang sangat diperlukan untuk mengolah alam ini. Rasulullah bersabda "barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian dunia, dengan ilmu dan barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian akhirat, dengan ilmu dan barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian keduanya juga dengan ilmu".
Dalam al-Qur'an surat Mujadalah ayat 11, Allah mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengetahuan: "Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari golonganmu semua dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat".
Kemudian dalam firman Allah QS. Zumar : 9, Allah memberi perbedaan orang yang berilmu pengetahuan dan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, sebagai berikut: "Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dan orangorang yang tidak berimu pengetahuan".
3. Kualitas Amal Saleh
Amal saleh adalah pembentukan kualitas manusia, sebab tiap kerja yang dilakukan setiap saat merupakan ukiran kearah terbentuk kepribadian manusia. Amal saleh sebagai pengejawantahan iman, maka suatu pekerjaan yang dilakukan harus memiliki orientasi nilai. Ini berarti sistem keimanan teraktualisasi melalui kerja amal saleh, karena kerja semacam ini memilik dimensi yang abadi. Al-Qur'an surat at-Tiin ayat 5-6, menyampaikan bahwa "manusia akan dikembalikan kekondisi yang paling rendah, kecuali manusia yang beriman dan mengerjakan amal salah". Amal saleh merupakan perbuatan yang bernilai bagi manusia, dan itu pula yang akan dilihat dalam cermin hidupnya. Menurut Ahmad Muflih Saefuddin [1992:7] bahwa, "amal terwujud di kala mereka memiliki ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan tidak terwujud perbuatan yang memiliki makna bagi kehidupan manusia. Amal tidak terwujud jika tidak ada sikap percaya dalam dirinya, karena keraguan tidak dapat mewujudkan perbuatan".
4. Kualitas Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang lain, karena manusia merupakan keluarga besar, yang berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa. Selain itu, Allah menjadikan manusia dalam berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar mereka saling interaksi untuk saling mengenal dan tolong menolong dalan berbuat kebaikan dan bertaqwa. Sifat sosial yang dimiliki manusia sesuai dengan fitrahnya, yaitu adanya kesedian untuk melakukan interaksi dengan sesamanya. Dalam al-Qur'an, bahwa "manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesama manusia". Selain itu dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 2 : bahwa manusia dalam melakukan aktivitas sosial sifat yang terbangun adalah saling "tolong menolong-menolong dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan dilarang tolong-menolong dalam berbuat maksiat, berbuat kejahatan". Maka, kualitas sosial sangat terkait dengan kualitas iman, ilmu, dan amal saleh.
Dalam al-Qur'an, mamusia diciptakan dalam berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal mengal, saling tolong-menolong. Dengan dasar ini, manusia membangun jaringan silahturrahmi antara sesamanya sesuai dengan fitrahnya. Karena dengan jaringan silaturrahmi akan memberikan kebaikan yaitu manusia dapat membangun ukhuwah antar semamanya, dengan silahturrahim antar semasamanya tercipta atau terbuka peluang-peluang yang lain, apakah berupa pengalaman, pengetahuan, amal, dan memperkuat ikatan persaudaraan yang dibangun atas dasar iman untuk menuju muara taqwa. Maka, manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan jaringan sosial, untuk membangun persaudaraan yang abadi.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia berkualitas menurut al-Qur'an adalah manusia yang beriman kepada Allah, beramal saleh, memiliki ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan sosial yang baik antara sesama manusia dengan tidak memandang derajat, suku bangsa, dan agama.


Minggu, 04 Januari 2009

Ekskul MA Paradigma

Ketua Yayasan LP3I Paradigma Palembang
(Drs.H.Mgs.Nazarudin, M.Ag., MM.)




Guru-Guru MA & MTs Paradigma
(Workshop Sertifikasi Guru)
Keluarga Besar MA & MTs Paradigma


Perpustakaan Madrasah Paradigma

Pembelajaran TIK
Suasana Pelatihan Desain KTSP
di MTs & MA Paradigma

Pembelajaran dengan Menggunakan
Alat Bantu Pendidikan (Biologi)
Usaha Kesehatan Madrasah
(Klinik Gigi)

Inquiri di Perpustakaan

Laboratorium Komputer
MTs Paradigma Palembang

Laboratorium Komputer
MA Paradigma Palembang

Latihan Dasar Kepemimpinan
MTs & MA Paradigma Palembang

Laboratorium Bahasa
MTs & MA Paradigma Palembang